Loading...
Selasa, 08 Januari 2013

Soundwaves: Eross Candra: Saya dan Gitar Impian

Jakarta - Perkenalan saya dengan fender dimulai ketika saya masih sd kelas 2. Waktu itu Keith Richards dan Jimi Hendrix adalah sosok gitaris yang saya sering lihat, tidak langsung jadi penggemar berat (karena saat itu saya lebih jatuh cinta ke Ian Antono). Seiring pertumbuhan umur dan inteligensi, saya mulai mencari tahu, siapakah yang pertama menjadi inovator bebunyian “brutal sekaligus indah” tersebut. Nama Hendrix ada di top of the listBlue print cara bermain gitar pun berubah banyak setelah Hendrix dengan signature style dan sound-nya merajalela di dunia musik rock.

Nama Hendrix selalu dikaitkan dengan instrumen yang selalu dia pakai, Fender Stratocaster. Dan mulai sejak itu saya memutuskan mencintai Fender. Seperti tertanam di benak saya, sound gitar itu adalah Fender, Fender itu attitude, semua itu dimulai dengan revolusi Fender. Jadi sejauh apapun saya berinovasi dengan berbagai merek gitar, saya lalu merasa jenuh dan pulang ke rumah yang biasa saya sebut Fender.

Dengan begitu, saya sudah mempunyai gitar impian jauh sebelum saya benar-benar belajar memainkannya. Ketika saya dihadapkan dengan kenyataan mulai bermain gitar, brosur gitar Fender menjadi kitab yang saya bawa sampai tidur, lengkap dengan harga setiap gitar yang terpampang. Saya memilih Telecaster sebagai incaran utama, dibanding Stratocaster, karena Telecaster di era itu berharga lebih murah, sedang kegunaan dan fungsi masing-masingnya kurang saya pahami karena memang belum pernah memainkannya langsung.

Dan abrakadabra, saya sukses menjadi musisi dengan penghasilan konkret, tidak menunggu lagi. Saya habiskan sebagian besar uang yang saya untuk berbelanja berbagai gear gitar dan Fender Telecaster menjadi yang pertama saya miliki. Sebelum memiliki gitar Fender orisinal, saya sempat buat gitar “bajakan” Fender di luthierlokal Yogya (tentu dengan hasil yang menyedihkan karena teknologi dan informasi pembuatan gitar lokal belum sebagus saat ini). Sekitar lima tahun saya ingin membeli Fender Telecaster yang menjadi salah satu incaran. Karena saat itu saya mulai dikenal sebagai gitaris profesional, saya memberanikan diri datang ke distributor Fender di Indonesia Citra Inti Rama (CIR) untuk meminta diskon barang tersebut. Saya merasa berhak mendapatkan diskon lebih karena loyalitas ke Fender dan banyaknya uang saya yang saya belanjakan di toko-toko yang menjual Fender, ha-ha-ha. Tak disangka, saya menerima penawaran untuk di-endorse Fender di bawah CIR. Tanpa pikir panjang, saya menandatangani kontrak yang mereka ajukan. Tiga tahun berjalan, kontrak diperpanjang dan di tengah perjalanan kontrak yang baru, lagi-lagi saya mendapat kejutan bahwa Fender mencari gitaris Indonesia untuk diajak bekerja sama mendesain salah satu produk mereka. Tentu nama saya yang muncul karena memang hanya saya yang mendapat endorse dari CIR yang memakai Fender. Setelah “uji kelayakan”, mengirim profil dan sebagainya, akhirnya saya diberi kepercayaan mendesain gitar Squier Fender Telecaster. Gitar ini ditujukan bagi pemula dalam hal gitar-gitar Fender. Pertama kali dibuat di Jepang pada tahun ‘80-an untuk mendukung Fender USA yang mengalami penurunan pejualan saat itu.

Kali ini saya menandatangani kontrak yang dibuat langsung oleh Fender USA. Proses pembuatan prototype signature saya berlangsung cukup lama karena banyaknya revisi dari saya yang disinkronkan dengan aturan dasar Squier Fender. Setelah semua setuju dengan hasil akhir, dimulailah produksi massal Squier Fender Telecaster Eross Candra signature (made in China). Tentu saya akan menerima royalti dari penjualan gitar yang mencantumkan nama saya sebagai desainer-nya. Sebagai fasilitas dari Fender dan CIR, saya mendapat kesempatan mengunjungi pabrik gitar Fender di Corona, California. Bisa dibayangkan bagaimana saya menjadi gila di sana, bagaimana saya merasa menjadi umur 8 tahun sekaligus 33 tahun (impian yang tak pernah memudar). Saya bertemu langsung dengan empu-empu pembuat gitar idola saya yang disebut masterbuilder. Ada sembilan masterbuilder yang saat ini bekerja di Fender, salah satu dari mereka bernama John Cruz. Dialah salah satu pembuat gitar yang membuat dengan tangannya sendiri untuk gitaris kelas dunia, seperti Eric Clapton, Jeff Beck, Richie Sambora, Yngwie Malmsteen, John Mayer dan seterusnya. Siapa saja bisa custom order ke salah satu masterbuilder ini, tentu dengan waiting list dan biaya yang ditentukan. Selama di Fender US, saya merasakan dua vibe yang berbeda. Yang pertama di bagian pabrik Fender massal, terasa bagaimana Fender adalah industri raksasa yang menghasilkan ratusan gitar per hari dengan mesin-mesin yang lebih mirip dengan mesin peawat alien (walau tidak semua dikerjakan dengan mesin). Yang kedua, (hanya dipisah lorong) divisi Fender Custom Shop. Less machine, more human touch, seperti melihat seniman lukis yang khusyuk saat melihat mereka bekerja.

Saya merasa sangat beruntung dengan apa yang saya terima saat ini.. Terima kasih, CIR dan Fender. Saya sangat bahagia saat ini bekerja dengan apa yang saya cintai sejak lama, sangat bahagia saya bisa mengkonkretkan apa yang saya imajinasikan tentang gitar dan memberikan kesempatan orang lain untuk ikut merasakan.

Sumber: http://www.rollingstone.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP